bagi teman2 keperawatan yang lagi punya tugas tentang IMA (INFARK MIOKARD AKUT). nieh aQ masukin tugas kelompok aQ di UNIVERSITAS AL-HILAL AMBON.... silahkan di Copy aja ^^
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
IMA (Infark Miokard Akud)
KERANGKA ACUAN
1. DASAR-DASAR TEORITIS
a. Pengertian
· Serangan Jantung (infark miokardial) adalah suatu keadaan dimana secara tiba-tiba terjadi pembatasan atau pemutusan aliran darah ke jantung, yang menyebabkan otot jantung (miokardium) mati karena kekurangan oksigen.
Proses iskemik miokardium lama yang mengakibatkan kematian (nekrosis) jaringan otot miokardium tiba-tiba.
· Infark Miokard Akut (IMA) merupakan nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu. Hal ini selalu terjadi akibat penyumbatan total arteri koronaria oleh trombus yang terbentuk pada plaque aterosklerosis yang tidak stabil, juga sering mengikuti ruptur plaque pada arteri koroner. Terjadinya trombus disebabkan oleh rupturnya plaque tersebut.
· (Dalam KBBI) terhentinya aliran darah, meskipun hanya sesaat, yang menuju ke jantung, dan mengakibatkan sebagian sel jantung menjadi mati.
Jadi, dari ketiga pengertian di atas, dapat kami simpulkan bahwa:
Serangan jantung (infark miokardial) merupakan suatu kondisi ketika kerusakan dialami oleh bagian otot jantung (myocardium) akibat berkurangnya pasokan darah secara tiba-tiba yang dapat menyebabkan kematian.
b. Etiologi
Serangan jantung biasanya terjadi jika suatu sumbatan pada arteri koroner menyebabkan terbatasnya atau terputusnya aliran darah ke suatu bagian dari jantung. Jika terputusnya atau berkurangnya aliran darah ini berlangsung lebih dari beberapa menit, maka jaringan jantung akan mati.
Kemampuan memompa jantung setelah suatu serangan jantung secara langsung berhubungan dengan luas dan lokasi kerusakan jaringan (infark).jika lebih dari separuh jaringan jantung mengalami kerusakan, biasanya jantung tidak dapat berfungsi dan kemungkinan terjadi kematian. Bahkan walaupun kerusakannya tidak luas, jantung tidak mampu memompa dengan baik, sehingga terjadi gagal jantung atau syok
Jantung yang mengalami kerusakan bisa membesar, dan sebagian merupakan usaha jantung untuk mengkompensasi kemampuan memompanya yang menurun (karena jantung yang lebih besar akan berdenyut lebih kuat).
Jantung yang membesar juga merupakan gambaran dari kerusakan otot jantungnya sendiri. Pembesaran jantung setelah suatu serangan jantung memberikan prognosis yang lebih buruk.
Penyebab lain dari serangan jantung adalah:
Suatu bekuan dari bagian jantungnya sendiri. Kadang suatu bekuan (embolus) terbentuk di dalam jantung, lalu pecah dan tersangkut di arteri koroner.
Kejang pada arteri koroner yang menyebabkan terhentinya aliran darah. Kejang ini bisa disebabkan oleh obat (seperti kokain) atau karena merokok, tetapi kadang penyebabnya tidak diketahui.
c. Phatofisiologi (perjalanan penyakit)
Arteri koroner kiri memperdarahi sebagian terbesar ventrikel kiri, septum dan atrium kiri. Arteri koroner kanan memperdarahi sisi diafragmatik ventrikel kiri, sedikit bagian posterior dan ventrikel serta atrium kanan. Nodus SA lebih sering diperdarahi oleh arteri koroner kanan daripada kiri (cabang sirkumfleks).
Nodus AV 90% diperdarahi oleh arteri kanan dan 10% dari sisi kiri (cabang sirkumfleks). Kedua nodus SA dan AV juga mendapat darah dari arteri Kugel. Jadi jelaslah, obstruksi arteri koroner kanan. Tetapi bila obstruksi telah terjadi di banyak tempat dan kolateral-kolateral terlah terbentuk, lokasi infark mungkin tidak dapat tercerminkan oleh pembuluh asal mana yang terkena.
Dua jenis komplikasi penyakit IMA terpenting ialah komplikasi hemodinamik dan aritmia. Segera setelah terjadi IMA, daerah miokard setempat akan memperlihatkan penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat penurunan ejection fraction, isi sekuncup (stroke volume) dan peningkatan volume akhir sistolik dan akhir diastolik ventrikel kiri.
Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri naik dengan akibat tekanan atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan atrium kiri di atas 25 mmHg yang lama akan menyebabkan trasudasi cairan ke jaringan interstitial paru. Perburukan hemodinamik ini bukan saja disebabkan karena daerah infark, tapi juga daerah iskemik di sekitarnya. Miokard yang masih relatif baik akan mengadakan kompensasi, khususnya dengan rangsang adrenergik, untuk mempertahankan curah jantung tetapi dengan akibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard. Bila infark luas dan miokard yang harus berkompensasi sudah buruk akibat iskemia atau infark lama, tekanan akhir diastolik ventrikel kiri akan naik dan gagal jantung terjadi.
d. Gejala & tanda (gambar klinis)
Setiap orang yang mengalami serangan jantung akan merasakan keluhan yang tentunya berbeda, Namun umumnya seseorang akan merasakan beberapa hal spesifik seperti :
1. Nyeri dada, dimana otot kekurangan suplay darah (disebut kondisi iskemi) yang berdampak kebutuhan oxygen oleh otot berkurang. Akibatnya terjadi metabolisme yang berlebihan menyebabkan kram atau kejang. Nyeri dirasakan di dada bagian tengah, dapat menyebar kebagian belakang dada, kebagian pangkal kiri leher dan bahu hingga lengan atas tangan kiri. Beberapa pasien mungkin mengalami nyeri dibagian atas perut (pangkal tulang iga tengah bahkan bagian lambung), dimana nyeri lebih hebat dan tak hilang meski diistirahatkan atau diberi obat nyeri jantung (Nitroglycerin).
Inilah yang dinamakan Angina, penderita merasakan gelisah dengan sesak di dada dan seperti merasa dada diremas-remas. Beratnya nyeri setiap orang berbeda, bahkan beberapa orang yang mengalami suplay darah jantung berkurang merekle tidak merasakan apa-apa.
2. Sesak nafas, Biasanya dirasakan oleh orang yang mengalami gagal jantung. Sesak merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam rongga udara di paru-paru (kongesti pulmoner atau edema pulmoner).
3. Kelelahan atau kepenatan, Adanya kelainan jantung dapat menimbulkan pemompaan jantung yang tidak maksimal. Akibatnya suplay darah ke otot tubuh disaat melakukan aktivitas akan berkurang, Hal ini menyebabkan penderita merasa lemah dan lelah. Gejala seperti ini bersifat ringan, penderita hanya berusaha mengurangi aktivitasnya dan menganggap bahwa itu merupakan proses penuaan saja.
4. Adanya perasaan berdebar-debar (palpitasi)
5. Pusing dan pingsan, Hal ini dapat merupakan gejala awal dari penderita penyakit serangan jantung. Dimana penurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung yang abnormal atau karena kemampuan memompa yang buruk, bisa menyebabkan pusing dan pingsan.
6. Kebiru-biruan pada bibir, jari tangan dan kaki sebagai tanda aliran darah yang kurang adekuat keseluruh tubuh.
7. Keringat dingin secara mendadak, dan lainnya seperti mual dan perasaan cemas.
Tanda serangan jantung :
1. Rasa tertekan (serasa ditimpa beban, sakit, terjepit dan terbakar) yang menyebabkan sesak napas dan tercekik di leher.
2. Rasa sakit ini bisa menjalar ke lengan kiri,leher dan punggung.
3. Rasa sakitnya bisa berlangsung sekitar 15-20 menit dan terjadi secara terus menerus.
4. Timbul keringat dingin, tubuh lemah, jantung berdebar dan bahkan hingga pingsan.
5. Rasa sakit ini bisa berkurang saat sedang istirahat, tapi akan bertambah berat jika sedang beraktivitas.
e. Komplikasi
1. Aritmia
2. Bradikardia sinus
3. Irama nodal
4. Gangguan hantaran atrioventrikular
5. Gangguan hantaran intraventrikel
6. Asistolik
7. Takikardia sinus
8. Kontraksi atrium prematur
9. Takikardia supraventrikel
10. Flutter atrium
11. Fibrilasi atrium
12. Takikardia atrium multifokal
13. Kontraksi prematur ventrikel
14. Takikardia ventrikel
15. Takikardia idioventrikel
16. Flutter dan Fibrilasi ventrikel
17. Renjatan kardiogenik
18. Tromboembolisme
19. Perikarditis
20. Aneurisme ventrikel
21. Regurgitasi mitral akut
22. Ruptur jantung dan septum
f. Penata laksana
Ø Pharmakologi
Pemberian obat-obatan seperti aspirin tablet secara kunyah dapat membantu jika terjadi pembekuan darah pada pembuluh arteri koroner, Sedangkan jenis tablet beta-blocker diberikan untuk memperlambat kerja jantung sehingga tidak terlalu bekerja keras dan mengurangi kemungkinan rusaknya otot jantung. Selanjutnya yang utama adalah pemberian Oxygen, yang menolong memperkecil kerusakan jaringan otot
Ø Non pharmakologi
Penderita yang mengalami serangan jantung (penyakit jantung) tentunya akan dirawat dirumah sakit khususnya pada ruangan intensif penyakit jantung, karena memerlukan pemantauan dan monitor yang intensif. Selain pemberian obat-obatan dirumah sakit, tindakan yang mungkin dilakukan oleh tim kesehatan (medis) adalah angioplasty atau coronary artery bypass surgery (pembedahan/pemotongan bagian artery yang bermasalah).
g. Data penunjang
Ø Elektrokardiogram (EKG)
Gambaran EKG saat istirahat dan bukan pada saat serangan angina sering masih normal. Gambaran EKG dapat menunjukkan bahwa pasien pernah mendapat infark miokard di masa lampau. Kadang-kadang menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan angina; dapat pula menunjukkan perubahan segmen ST dan gelombang T yang tidak khas. Pada saat serangan angina, EKG akan menunjukkan depresi segmen ST dan gelombang T dapat menjadi negatif.
Ø Foto rontgen dada
Foto rontgen dada seringmenunjukkan bentuk jantung yang normal; pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung membesar dan kadang-kadang tampak adanya kalsifikasi arkus aorta.
Ø Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina pektoris. Walaupun demikian untuk menying-kirkan diagnosis infark jantung akut sering dilakukan pe-meriksaan enzim CPK, SGOT atau LDH. Enzim tersebut akan meningkat kadarnya pada infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal.
Pemeriksaan lipid darah seperti kolesterol, HDL, LDL, trigliserida dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk mencari faktor risiko seperti hiperlipidemia dan/atau diabetes mellitus.
2. PENATA LAKSANA
v Asuhan keperawatan (Askup)
Penanganan rasa nyeri harus dilakukan sedini mungkin untuk mencegah aktivasi saraf simpatis, karena aktifasi saraf simpatik ini dapat menyebabkan takikardi, vasokontriksi, dan peningkatan tekanan darah yang pada tahap selanjutnya dapat memperberat beban jantung dan memperluas kerusakan miokardium.
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung dan untuk meninggkatkan suplai oksigen.Perawat perlu mengetahui penatalaksanaan medis yang umum dilakukan pada fase serangan akut, sehingga perawat dapat memberikan implikasi keperawatan pada klien dengan IMA.
Penatalaksanaan pada fase akut sebagei berikut :
a. Penanganan nyeri.
Berupa terapi farmakologi : morphin sulfat, nitrat, penghambat beta (beta blockers)
b. Membatasi ukuran infark miokard
Dilakukan dengan upaya meningkatkan suplai darah dan oksigen ke jaringan miokardium dan untuk memelihara, mempertahankan atau memulihkan sirkulasi.
Golongan utama terapi farmakologi yang diberikan :
1. Antikoagulan (mencegah pembentukan bekuan darah)
2. Trombolitik (penghancur bekuan darah, menyerang dan melarutkannya)
3. Antilipemik (menurunkan konsentrasi lipid dalam darah)
4. vasodilator perifer (meningkatkan dilatasi pembuluh darah yang menyempit karena vasospasme)
secara farmakologis, obat-obatan yang dapat membantu membatasi ukuran infark miokardium adalah antiplatelet, antikoagulan dan trombolitik.
c. pemberia oksigen
terapi oksigen segera dimuat saat onset nyeri terjadi sehingga saturasi oksigen
segera meningkat ketika klien segera menghirupnya.Efektivitas terapeutik oksigen ditentukan dengan observasi kecepatan dan pertukaran pernapasan.Terapi oksigen dilanjutkan hingga pasien bernapas dengan mudah.Saturasi oksigen dalam darah diukur dengan pulsa-oksimetri.
d. Pembatasan aktivitas fisik
Istirahat merupakan cara efektif untuk membatasi aktifitas fisik.Pengurangan atau penghentian seluruh aktifitas pada umumnya akan mempercepat penghentian nyeri.Klien boleh diam tidak bergerak, dipersilahkan duduk atau sedikit melakukan aktifitas.
v Pengkajian
1. pengkajian
o Keluhan utama
Nyeri dada dan perasaan sulit bernapas.
o Riwayat Penyakit saat ini
Mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai nyeri dada pada klien secara PQRST meliputi :
ü Provoking Incident : nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang setelah istirahat dan setelah diberikan nitrogliserin.
ü Quality of Pain : seperti apa nyeri yang dirasakan klien. Sifat nyeri dapat seperti tertekan, diperas atau diremas.
ü Region : Radiation, Relief : lokasi nyeri didaerah substernal atau nyeri diatas perikardium.penyebaran nyeri sampai meluas hingga ke dada.Dapat terjadi nyeri dan ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.
ü Severity (Scale) of Pain : klien ditanya dengan menggunakan rentang 0-4 atau 0-10 (visual analogue scale-VAS) dan klien akan menilai seberapa berat nyeri yang dirasakan.Biasanya pada saat angina terjadi, skala nyeri berkisar antara 3-4 (0-4) atau 7-9 (0-10).
ü Time : biasanya gejala nyeri timbul mendadak.Lama timbulnya umumnya dikeluhkan > 15 mnt.Nyeri infark oleh miokardium dapat timbul pada waktu istirahat, nyeri biasanya dirasakan semakin berat (progresif) dan berlangsung lama.
o Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya klien pernah mengalami nyeri dada , hipertensi, diabetes melitus atau hiperlipidemia.Tanyakan mengenai obat-obat yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu yang masih relevan dengan obat-obatan antiangina seperti nitrat dan penghambat beta serta obat-obatan anti-hipertensi.tanyakan efek yang terjadi, alergi obat dan reaksi alergi yang timbul.Sering klien menafsirkan efek alergi sebagai efek samping obat.
o Riwayat penyakit keluarga
Penyakit yang pernah dialami keluarga, anggota keluarga yang meninggal, dan penyebab kematian.penyakit jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit jantung iskemik pada keturunannya.
o Riwayat pekerjaan dan pola hidup
Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkungan.Demikian pula dengan kebiasaan sosial dengan menanyakan kebiasaan dan pola hidup misalnya minum alkohol dan obat tertentu.Kebiasaan merokok dikaji dengan menanyakan kebiasaan merokok sudah berapa lama, berapa batang per hari, dan jenis rokok.
Dalam mengajukan pertanyaan pada klien IMA hendaknya diperhatikan kondisi.Bila klien dalam keadaan kritis, maka pertanyaan yang diajukan bukan pertanyaan yang terbuka tetapi pertanyaan yang tertutup, yaitu pertanyaan yang jawabannya ‘Ya’ atau ‘Tidak”.Atau pertanyaan yang bisa dijawab dengan gerakan tubuh seperti mengangguk atau menggelengkan kepala sehingga tidak memerlukan energi yang besar.
o Pengkajian psikososiospiritual
Perubahan integritas ego terjadi bila klien menyangkal, takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan yang tak perlu, khawatir akan keluarga, pekerjaan dan keuangan.Gejala perubahan ego yang bisa dikaji adalah klien menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah perilaku menyerang dan fokus pada diri sendiri.perubahan interaksi sosial yang dialami klien terjadi karena stres yang dialami klien dari berbagai aspek seperti keluarga, pekerjaan, kesulitan biaya ekonomi atau kesulitan koping dengan stresor yang ada.
2. Pemeriksaan fisik
o Keadaan umum
Kesadaran klien IMA biasanya baik atau compos mentis (CM) dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi sistem saraf pusat.
o B1 (breathing)
Inspeksi, klien sesak, RR meningkat, dispnea kardiak biasanya ditemukan.Sesak terjadi akibat pengerahan tenaga dan disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis.Hal ini terjadi karena terdapat kegagalan peningkatan curah darah oleh ventrikel kiri pada saat melakukan kegiatan fisik.
o B2 (blood)
Inspeksi. adanya jaringan parut pada dada klien, nyeri pada daerah substernal atau diatas perikardium lalu menyebar ke dada, ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.
Palpasi. Denyut nadi perifer melemah, Thrill pada IMA
Auskultasi. Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan sekuncup yang disebabkan IMA.
Perkusi. Batas jantung tidak mengalami pergeseran.
o B3 (brain)
Kesadaran biasanya CM.Pengkajian objektif klien yaitu wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat yang merupakan respon dari adanya nyeri dada akibat infark pada miokard.
o B4 (bladder)
Pengukuran output urine berhubungan intake cairan klien.monitor adanya oliguria pada klien yang merupakan tanda awal syok kardiogenik.
o B5 (bowel)
Klien biasanya mengalami mual dan muntah.Pada palpasi biasanya ada rasa nyeri tekan pada keempat kuadran, penurunan paristaltik usus yang merupakan tnda utama IMA.
o B6 (bone)
Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan.klien sering merasakan kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap dan jadwal olahraga tak teratur.
3. Pemeriksaan penunjang
ü Sel darah putih : leukositosis (10.000-20.000 mm3) muncul hari kedua pasca serangan infark
ü Sedimentasi : meningkat pada hari ke 2-3 setelah serangan yang menunjukkan inflamasi.
ü Kardiak iso-enzim : menunnjukkan pola kerusakan khas, untuk membedakan kerusakan otot jantung dengan otot lain.
a. CPK (Creatinin Phospokinase) > 50 u/L.
b. CK-MB (Creatinin kinase-MB) > 10 u/L.
c. LDH (Lactate Dehydrogenase) > 240 u/L.
d. SGOT (Serum Glutamic Oxalo Transminase) > 18 u/L.
e. Cardiac Troponin : positif.
ü Tes fungsi ginjal : peningkatan BUN (Blood Urea Nitrigen) dan kreatinin karena penurunan laju filtrasi glomerulus (Glomerulo Filtrate Rate/GFR) terjadi akibat penurunan curah jantung.
ü Analisis Gas Darah : menilai oksigenasi jaringan (hipoksia) dan perubahan keseimbangan asam-basa.
ü Kadar elektrolit : menilai kadar abnormalitas kadar natrium, kalium atau kalsium yang membahayakan kontraksi otot jantung.
ü Peningkatan kadar serum kolesterol dan trigiserida : dapat meningkatkan risiko aterosklerosis.
ü EKG :
a. Segment ST elevasi yang abnormal menunjukkan injury miokard.
b. Gelombang T inversi (arrow head) menunjukkan adanya iskemia miokard.
c. Q patologis menunjukkan adanya nekrosis miokard.
ü Radiologi :
a. Thorax rontgen : menilai kardiomegali (dilatasi sekunder) karena gagal jantung kongestif.
b. Echocardiogram : menilai struktur dan fungsi abnormal otot dan katup jantung.
c. Radioactive isotope : menilai area iskemia serta non-perfusi koroner dan miokard.
v Diagnosis
Pada kebanyakan kasus, diagnosis berdasarkan atas karakter lokasi dan lamanya sakit dada. Sakit daad yang lebih dari 20 menit dan tidak ada hubungan dengan aktivitas atau latihan, serta tidak hilang oleh pemberian nitrat, biasanya dipakai untk membedakan dengan angina pektoris.
Adanya perubahan EKG, didukung oleh tingkat serum enzim yang abnormal mempercepat diagnosis IMA. Diagnosis IMA dapat ditegakkan bila memenuhi 2 dari 3 kriteria :
ü Nyeri dada khas infark
ü Evolusi EKG khas infark (elevasi segmen ST)
ü Kenaikan serum enzim lebih dari setengan kali nilai normal
v Tujuan
ü Mengatasi rasa nyeri dan perasaan takut
ü Menstabilkan hemodinamik
ü Referfusi miokard secepat dan mungkin dengan trombolitik, guna mencegah terjadinya nektosis jaringan dan membatasi perluasan infark.
ü Mencegah komplikasi.
v Intervensi dan Rasionalisasi
Ø Nyeri berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen dengan kebutuhan miokardium.
Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam terdapat respon penurunan nyeri dada.
Kriteria Hasil :
• Subjektif : klien menyatakan penurunan rasa nyeri,
• Objektif : tanda vital dalam batas normal, wajah rileks, kardiak isoenzim normal.
Intervensi dan rasional
o Catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, lamanya dan penyebaran.
Rasional : variasi penampilan dan perilaku klien karena nyeri yang terjadi dianggap sebagei temuan nyeri.
o Anjurkan klien untuk melaporkan nyeri dengan segera.
Rasional : nyeri berat akan mengakibatkan syok kardiogenik yang berdampak pada kematian mendadak (sudden death).
o Lakukan manajemen nyeri :
Atur posisi fisiologis
Rasional : posisi fisiologis akan meningkatkan asupan oksigen ke jaringan yang mengalami iskemik.
o Istirahatkan klien
Rasional : istirshat akan menurunkan kebutuhan oksigen jaringan perifer sehingga akan menurunkan kebutuhan oksigen miokard sehat sehingga meningkatkan suplai darah dan oksigen ke miokardium yang membutuhkan oksigen untuk mengurangi iskemik.
o Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal atau masker sesuai indikasi.
Rasional : meningkatkan oksigen yang ada untuk pemakaian miokardium sekaligus mengurangi ketidaknyamanan sekunder terhadap iskemik.
o Manajemen lingkungan : lingkungan tenang dan batasi pengunjung.
Rasional : lingkungan yang tenang akan mengurangi stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan meningkatkan kondisi oksigen ruangan.
o Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam pada saat nyeri
Rasional : meningkatkan asupan oksigen sehingga akan menurunkan nyeri akibat sekunder dari iskemik jaringan.
o Ajarkan tekhnik distraksi pada saat nyeri.
Rasional : distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal melalui mekanisme peningkatan produksi endorfin dan enkefalin yang dapat memblok reseptor nyeri.
o Lakukan manajemen sentuhan.
Rasional : dukungan psikologis dengan memberikan sentuhan dapat meringankan
nyeri.
o Kolaborasi pemberian antiangina, antikoagulan dan analgesik (nitrogliserin, morphin, heparin).
Rasional : untuk vasodilasator perifer, pengurang rasa nyeri dan menghambat bekuan darah.
Ø Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan fungsi ventrikel kiri.
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam tidak terjadi penurunan curah jantung.
Kriteria Hasil :
• Hemodinamika stabil (tekanan darah dalam keadaan normal, curah jantung dapat kembali meningkat).
• Jantung tidak menunjukkan disritmia.
Intervensi dan rasional :
o Ukur tekanan darah.Bandingkan dengan kedua lengan, ukur dalam keadaan berbaring, duduk dan berdiri bila memungkinkan.
Rasional : hipotensi dapat terjadi karena disfungsi ventrikel, hipertensi juga sering menyertai berhubungan dengan nyeri cemas yang berakibat terjadinya pengeluaran kotekolamin.
o Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi.
Rasional : menurunnya curah jantung mengakubatkan menurunnya nadi.
o Auskultasi dan catat terjadinya bunyi jantung S3/S4.
Rasional : S3 berhubungan dengan gagal jantung kronis gatau gagal mitral yang disertai infark berat.S4 berhubungan dengan iskemia, kekakuan ventrikel atau hipertensi pulmonal.
o Auskultasi dan catat murmur.
Rasional : menunjukkan gangguan aliran darah dalam jantung akibat kelainan katup, kerusakan septum atau vibrasi otot papilaris.
o Pantau frekuensi jantung dan irama.
Rasional : perubahan frekuensi dan irama jantung menunjukkan adanya komplikasi disritmia.
o Berikan makanan porsi sedikit tapi sering dan mudah dikunyah, batasi asupan kafein.
Rasional : makanan dalam porsi besar dapat meningkatkan metabolisme tubuh terutama miokardium.Kafein dapat merangsang langsung ke jantung sehingga meningkatkan frekuensi jantung.
o Kolaborasi pemberian heparin sesuai indikasi
Rasional jalur yang patet penting untuk pemberian obat darurat.
o Pantau data isoenzim jantung, GDA dan elektrolit.
Rasional : enzim dapat digunakan untuk memantau perluasan infark.Perubahan elektrolit dapat mempengaruhi irama jantung.
c. Ganguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung
Tujuan : mempertahankan curah jantung adekuat guna meningkatkan perfusi jaringan otak, paru-paru, ginjal, jantung dan ekstremitas.
Kriteria Hasil :
• Subjektif : pusing berkurang hingga hilang, mual dan muntah berkurang hilang
• Objektif : diaforesis hilang, tidak pucat, akral hangat, tekanan darah dan frekuensi nadi dalam batas normal, BJ1 tunggal dan kuat, irama gallops hilang, kadar kardiak isoenzim normal, EKG normal.
Intervensi dan rasional :
o Kaji tanda vital tiap 1-4 jam.
Rasional : perubahan tanda vital menggambarkan tingkat aktivitas jantung.
o Monitor tanda dan gejala penurunan perfusi kardiopulmoner (nyeri dada, disritmia, takkikardia, takipnea, hipotensi, penurunan curah jantung).
Rasional : penting untuk mengetahui daya kontraktilitas miokard dan untuk mengetahui iskemik lebih luas.
o Monitor bunyi dan irama jantung secara kontinou, catat dalam kertas EKG setiap 4 jam atau lebih sering bila terjadi iregular, catat adanya denyut prematur ventrkel atau ekstrasistole.
Rasional : terdengarnya BJ3 dan BJ4 gallops adalah akibat dari penurunan pengembangan ventrikel kiri dampak dari infark miokard.
o Palpasi denyut nadi perifer guna mengkaji denyut prematur.
Rasional : mengetahui adanya hipotensi akibat dari infark
o Observasi tanda dan gejala penurunan curah jantung (pusing, sakit kepala, pucat, diaforesis, pingsan, akral dingin) selama timbulnya disritmia dan catat reaksi klien.
Rasional : mengetahui lebih dini tentang tanda-tanda dari turunnya curah jantung untuk penanganan lebih lanjut.
o Monitor tanda dan gejala gangguan perfusi renal (produksi urine < 30 ml/jam, peningkatan kadar BUN, dan kreatinin, edema perifer, tidak adanya reaksi diuretik).
Rasional : menghindari sampai pada gagal ginjal akibat dari suplai darah ke ginjal berkurang.
o Monitor tanda dan gejala gangguan perfusi jaringan (kulit dingin, pucat, lembab, berkeringat, sianosis, nadi lemah,edema perifer).
Rasional :mengetahui kondisi ekstremitas khususnya dalam keadaan baik dan kemumngkinan tidak terjadi sianosis.
o Kurangi tekanan pada satu titik, atur posisi baring selama 2 jam, menyilangkan kaki, menggerakkan tangan dan kaki secara pasif dan aktif setiap satu jam (bila kondisi klien memungkinkan), jangan meletakkan bantal dibawah lutut.
Rasional : tekanan di satu titik akan menngganggu perfusi jaringan perifer sehingga terjadi luka akibat kurangnya mobilisasi.menggerakkan anggota ekstremitas untuk memperbaiki perfusi jaringan.
o Monitor tanda dan gejala gangguan perfusi otak (gelisah, bingung, apatis, samnolen).
Rasional : menghindari syok sampai koma akibat dari menurunnya oksigen otak.
o Rekam pola EKG secara periodik selama periode serangan dan catat adanya disritmia atau perluasan iskemia atau infark miokard.
Rasional : pemeriksaan EKG secara periodik berguna untuk menentukan diagnosis perluasan area iskemia, injury, dan infark miokard.
v Implementasi
Setengah dari jumlah kematian akibat serangan jantung adalah terjadi pada 3 sampai 4 jam pertama setelah terjadinya gejala serangan dimulai. Jadi tindakan penanganan pada gejala awal serangan jantung adalah hal yang paling penting bagi tim medis.
Pemberian obat-obatan seperti aspirin tablet secara kunyah dapat membantu jika terjadi pembekuan darah pada pembuluh arteri koroner, Sedangkan jenis tablet beta-blocker diberikan untuk memperlambat kerja jantung sehingga tidak terlalu bekerja keras dan mengurangi kemungkinan rusaknya otot jantung. Selanjutnya yang utama adalah pemberian Oxygen, yang menolong memperkecil kerusakan jaringan otot.
Penderita yang mengalami serangan jantung (penyakit jantung) tentunya akan dirawat dirumah sakit khususnya pada ruangan intensif penyakit jantung, karena memerlukan pemantauan dan monitor yang intensif. Selain pemberian obat-obatan dirumah sakit, tindakan yang mungkin dilakukan oleh tim kesehatan (medis) adalah angioplasty atau coronary artery bypass surgery (pembedahan/pemotongan bagian artery yang bermasalah).
v Assesmen
Masalah teratasi
v Planning
Semua intervensi telah dilaksanakan.
Setelah dignosa keperawatan di prioritaskan sesuai dengan masalah yang paling dirasakan, yang mengancam jiwa klien dan yang memerlukan tindakan keperawata terlebih dahulu dalam rangka mengurangi masalah klien. Selanjutnya di buat rencana tindakan masing-masing diagnosa keperawatan.
3. PENUTUP
Kesimpulan · Penyakit jantung koroner merupakan kelainan miokardium akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh arteriosklerosis yang merupakan proses degeneratif meskipun di pengaruhi oleh banyak faktor.
· Penyebab penyakit jantung koroner adalah terjadinya penyempitan aliran darah ke otot jantung yang terjadi akibat penebalan lapisan tunika intima dan rupturnya plak yang diikuti oleh pembentukan thrombus
~selamat belajar~
salam saiiank.... <3 keyna *_~